Laporan terbaru GDP AS memberikan sinyal ekonomi yang kuat—tapi untuk pasar aset kripto, terutama altcoin, ini bisa jadi kabar buruk.
Data yang dirilis pada 23 Desember menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan di Q3, memperkuat pandangan bahwa kondisi moneter bisa tetap ketat lebih lama. Sementara Bitcoin tetap cukup tahan, pasar aset kripto yang lebih luas mulai mengeluarkan sinyal peringatan.
Pertumbuhan PDB AS Lampaui Ekspektasi
Ekonomi AS tumbuh dengan laju tahunan sebesar 4,3% di Q3, jauh di atas prediksi pasar sebesar 3,3%, dan juga lebih tinggi dari data sebelumnya di 3,8%.
Pada saat yang sama, inflasi inti PCE naik menjadi 2,9%, meningkat dari 2,6%, dan masih bertahan di atas target The Fed sebesar 2%.
Sementara itu, belanja konsumsi pribadi riil melonjak 3,5%, jauh melebihi ekspektasi sebesar 2,7%.
Sederhananya, warga Amerika masih belanja dengan agresif, dan tekanan inflasi sepertinya belum cukup reda bagi para pembuat kebijakan untuk mengklaim kemenangan.
Kenapa Pertumbuhan Kuat Bisa Jadi Masalah untuk Aset Kripto
Pertumbuhan yang lebih kuat dari perkiraan mengurangi urgensi pemangkasan suku bunga.
Bila kita gabungkan dengan data CPI terbaru dan ekspektasi inflasi yang masih tinggi dari survei University of Michigan, laporan GDP ini memperkuat argumen untuk suku bunga tinggi yang lebih lama di 2026.
Bagi aset berisiko seperti aset kripto, hal ini penting karena:
Suku bunga tinggi meningkatkan imbal hasil dari uang tunai dan obligasi.
Likuiditas menjadi lebih selektif.
Aset spekulatif kesulitan menarik modal baru.
Kondisi ini biasanya memberikan tekanan pada altcoin lebih besar daripada Bitcoin.
Bitcoin Tetap Lebih Kuat Dibanding Altcoin
Reaksi pasar setelah rilis data GDP mencerminkan dinamika tersebut.
Bitcoin tetap relatif stabil di kisaran US$87.800, turun tipis dalam sehari tapi masih bertahan di level krusial. Kapitalisasi pasarnya tetap di atas US$1,75 triliun, menandakan tidak ada kepanikan jual besar-besaran.
Namun, altcoin tampil jauh lebih lemah:
Ethereum turun lebih dari 3% dalam satu hari.
Solana, Cardano, dan Dogecoin anjlok antara 3%–6%.
Token mid-cap dan small-cap mencatat kerugian lebih dalam dengan pemulihan yang lemah.
Perbedaan ini menyoroti peran Bitcoin sebagai penyerap likuiditas saat ketidakpastian ekonomi makro terjadi.
MACD Kripto Konfirmasi Tren Bearish yang Meluas
Indikator momentum juga memperkuat kekhawatiran ini.
Menurut MACD yang dinormalisasi dari CoinMarketCap, 68% aset kripto yang dipantau sekarang ada dalam momentum negatif. Rata-rata MACD pasar di angka –0,16, jelas menandakan wilayah bearish.
Sebagian besar aset di bawah kapitalisasi pasar US$10 miliar masih berada di zona negatif dalam.
Saat momentum melemah di seluruh pasar, modal biasanya berpindah ke aset yang lebih sedikit dan lebih likuid—dan lagi-lagi Bitcoin lebih diuntungkan dibanding altcoin.
Altcoin sangat bergantung pada likuiditas murah, arus masuk ritel, dan sentimen risk-on. Pertumbuhan GDP yang kuat bersama inflasi yang membandel membuat ketiganya berkurang.
Dengan konsumen AS yang masih belanja tapi menghadapi biaya lebih tinggi, pendapatan yang bisa digunakan untuk investasi spekulatif bisa menyusut di awal 2026.
Sementara itu, institusi tetap berhati-hati di tengah risiko Bank of Japan dan ketidakpastian suku bunga global. Kombinasi faktor ini menciptakan lingkungan yang sulit untuk altcoin bertahan dalam reli.
Apa Artinya untuk Pasar Aset Kripto Menuju 2026
Laporan GDP tidak menandakan kehancuran aset kripto secara langsung. tapi ini meningkatkan kemungkinan konsolidasi jangka panjang atau tekanan turun, khususnya di luar Bitcoin.
Jika kondisi ekonomi makro tetap seperti sekarang:
Bitcoin mungkin lanjut bergerak sideways daripada anjlok.
Altcoin bisa mengalami koreksi berkepanjangan.
Kepemimpinan pasar mungkin semakin menyempit.
Secara keseluruhan, data ekonomi kuat dari AS tidak lagi bullish—tapi ini menjadi peringatan likuiditas.



