Milyaderboy

Tidak ada informasi spesifik dalam data yang tersedia yang merinci hasil 100 hari pertama kepresidenan Donald Trump pada masa jabatan keduanya (20 Januari 2025 - 29 April 2025) secara komprehensif. Namun, berdasarkan sumber yang ada, berikut adalah gambaran umum tentang tindakan awal Trump dan sentimen publik yang terkait dengan 100 hari pertama, dengan fokus pada kebijakan dan dampaknya:
Tindakan dan Kebijakan Awal
Perintah Eksekutif dan Pengampunan:Trump menandatangani lebih banyak perintah eksekutif pada hari pertamanya dibandingkan presiden AS lainnya, termasuk deklarasi darurat nasional di perbatasan AS-Meksiko untuk memperketat kebijakan imigrasi.Ia memberikan pengampunan kepada sekitar 1,500 pelaku kerusuhan Capitol 6 Januari 2021 dan mengurangi hukuman 14 orang lainnya, sebuah langkah yang kontroversial.Trump memulai pemecatan massal pegawai federal, menargetkan loyalitas terhadap dirinya daripada keahlian, yang memicu kekhawatiran tentang hilangnya pengalaman administrasi publik.Kebijakan Ekonomi dan Perdagangan:Trump memberlakukan tarif proteksionis yang signifikan, meningkatkan tarif rata-rata AS dari 2.5% menjadi sekitar 27% antara Januari dan April 2025, tertinggi dalam lebih dari satu abad. Tarif ini termasuk 145% untuk impor dari Tiongkok dan 25% untuk Kanada dan Meksiko, memicu perang dagang.Pada 4 Maret 2025, tarif dasar untuk impor Tiongkok dinaikkan dari 10% menjadi 20%, yang dibalas Tiongkok dengan tarif 10-15% untuk produk AS seperti kedelai dan daging.Pengumuman tarif pada 2 April 2025 menyebabkan penurunan tajam di pasar keuangan global, dengan S&P 500 anjlok 4.88%, Nikkei 225 turun 2.8%, dan FTSE 100 turun 1.6%.Trump menangguhkan kontribusi AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), yang seharusnya menyumbang 11% dari anggaran WTO 2024, memperlemah sistem perdagangan multilateral.Kebijakan ini dianggap berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi global, termasuk di Indonesia, karena gangguan pada investasi dan perdagangan.Kebijakan Imigrasi:Trump mengumumkan penghentian segera masuknya imigran ilegal dan memulai proses pemulangan jutaan pendatang asing, menghapus kebijakan “tangkap dan lepas” serta memberlakukan kembali program “Remain in Mexico.”Kebijakan ini memicu kekhawatiran di kalangan mahasiswa internasional, termasuk diaspora Indonesia di AS, yang diimbau kembali ke kampus sebelum pelantikan Trump karena ketidakpastian visa.Kebijakan Energi:Trump mendorong peningkatan pengeboran minyak dan gas dengan slogan “bor, sayang, bor,” mengklaim AS memiliki cadangan terbesar di dunia. Ia menyalahkan inflasi pada kebijakan energi sebelumnya dan berjanji menjadikan AS pengekspor energi global.Isu Internasional:Trump mengancam akan “mengambil kembali” Terusan Panama, menuduh Tiongkok mengendalikannya, meskipun Panama telah mengelolanya secara netral sejak 1999. Ancaman ini memicu ketegangan diplomatik.Ia menyatakan keinginan untuk mencaplok Greenland dan menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS, yang dianggap mengganggu tatanan global.Dalam pertemuan yang disiarkan langsung pada Februari 2025, Trump dan Wakil Presiden JD Vance memarahi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, sebuah konfrontasi yang dianggap belum pernah terjadi sebelumnya.
Sentimen Publik di Media Sosial (X)
Beberapa postingan di X mencerminkan pandangan negatif terhadap 100 hari pertama Trump:Seorang pengguna menyebut periode ini sebagai “bencana yang tak terbayangkan,” menyoroti kegagalan ekonomi dan politik.Pengguna lain mengklaim pasar AS turun 16% di bawah kinerja Trump, jauh lebih buruk dibandingkan presiden lain.Ada pula yang menyatakan bahwa “Amerika belum pernah berada dalam kekacauan seperti saat ini,” menyoroti kegagalan ekonomi dan sosial.Seorang pengguna mengutip artikel Washington Post yang menyebut 100 hari Trump sebagai “kegagalan bersejarah.”Namun, data jajak pendapat Fox News menunjukkan tingkat persetujuan Trump sekitar 44%, hanya sedikit lebih rendah dari 45% pada masa jabatan pertamanya.Penting untuk dicatat bahwa postingan di X sering kali bersifat opini dan tidak selalu mencerminkan fakta yang diverifikasi.
Konteks dari Masa Jabatan Pertama (2017)
Untuk perbandingan, pada 100 hari pertama masa jabatan pertamanya (2017), Trump berfokus pada perintah eksekutif untuk membatalkan regulasi bisnis, menarik AS dari perjanjian perdagangan Trans-Pasifik, dan memulai pembangunan tembok perbatasan. Namun, ia menghadapi tantangan seperti kegagalan mencabut Affordable Care Act dan tingkat dukungan publik yang rendah.Kebijakan imigrasi, seperti larangan masuk dari beberapa negara mayoritas Muslim, juga memicu kontroversi dan dianggap terburu-buru.
Tantangan dan Kritik
Ekonomi: Tarif Trump dianggap berisiko memicu perang dagang baru, dengan dampak negatif pada rantai pasok global, termasuk industri otomotif AS. Ford dan General Motors memperingatkan bahwa tarif ini dapat merugikan perusahaan AS lebih dari pesaing asing.Demokrasi: Tindakan Trump, seperti mempolitisasi FBI dan Departemen Kehakiman serta retorika anti-imigran yang keras, dianggap otoriter dan berkontribusi pada kemunduran demokrasi.Lingkungan: Kurangnya perhatian Trump pada perubahan iklim, seperti pada masa jabatan pertamanya, memicu kekhawatiran bahwa negara lain, termasuk Indonesia, harus meningkatkan kontribusi mereka untuk mengatasi dampak iklim.Hukum: Meskipun Trump memiliki keyakinan pidana (34 dakwaan atas pemalsuan catatan bisnis), ia menerima hukuman tanpa penalti pada Januari 2025, dan kasus lain ditunda karena kebijakan Departemen Kehakiman yang melarang penuntutan presiden yang sedang menjabat.
Dampak bagi Indonesia
Kebijakan proteksionis Trump, seperti tarif tinggi, dapat menghambat perdagangan Indonesia, terutama jika ekonomi global melambat. Namun, Indonesia bisa memanfaatkan peluang dengan menawarkan alternatif produk Tiongkok di pasar AS.Keanggotaan Indonesia di BRICS berpotensi meningkatkan daya tawar melawan kebijakan AS, tetapi perang tarif dapat mengganggu manfaat ini.Diaspora Indonesia di AS, khususnya mahasiswa, merasa khawatir dengan kebijakan imigrasi yang lebih ketat, meskipun beberapa optimis bahwa Indonesia tidak dianggap “musuh” oleh Trump.
Kesimpulan
100 hari pertama Trump pada masa jabatan keduanya ditandai dengan kebijakan agresif di bidang perdagangan, imigrasi, dan energi, yang memicu reaksi beragam. Tarif dan perang dagang menyebabkan gejolak ekonomi global, sementara kebijakan imigrasi dan pengampunan memicu kontroversi. Sentimen di X sebagian besar negatif, menyebut periode ini sebagai kegagalan, meskipun jajak pendapat menunjukkan dukungan yang tidak jauh berbeda dari masa jabatan pertamanya. Untuk Indonesia, kebijakan Trump menimbulkan tantangan ekonomi tetapi juga peluang jika dikelola dengan inovasi dan kerja sama multilateral.
Catatan: Informasi ini berdasarkan data hingga April 2025 dan sentimen di X, yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan hasil resmi atau dampak jangka panjang. Untuk analisis lebih rinci, laporan resmi pemerintah AS atau organisasi internasional setelah 29 April 2025 diperlukan. Jika Anda ingin saya mencari informasi tambahan atau menganalisis aspek tertentu (misalnya, kebijakan spesifik atau dampak regional), silakan beri tahu!