Investor China semakin mengalihkan perhatian mereka ke Indonesia – tidak hanya untuk pasar konsumen yang besar dan tenaga kerja muda, tetapi juga sebagai cara untuk menghindari tarif berat yang dikenakan pada barang-barang China oleh Donald Trump.

Mira Arifin, kepala divisi Bank of America di Indonesia, menjelaskan bahwa perjanjian baru memungkinkan perusahaan-perusahaan China untuk dengan cepat dan mudah mendirikan operasi di negara ini. “Kami melihat minat yang besar – hampir setiap minggu, kami bertemu dengan investor baru,” katanya.

Telepon Tidak Berdering – Mereka Meledak

Gao Xiaoyu dari firma konsultan PT Yard Zeal mengatakan dia kewalahan dengan panggilan dari perusahaan-perusahaan China yang ingin memperluas atau memindahkan produksi mereka. “Ini adalah karusel pertemuan yang tidak berhenti,” dia menjelaskan.

Gambaran yang serupa muncul dari Abednego Purnomo dari Suryacipta Swadaya, yang mengatakan bahwa saluran telepon, email, dan WeChat perusahaan selalu sibuk dengan pertanyaan baru. Semua klien potensial ini berasal dari China, didorong oleh kondisi perdagangan yang menguntungkan antara AS dan Indonesia.

Indonesia sebagai Rute Pelarian dari Tarif

Kesenjangan tarif sangat signifikan – tarif AS pada barang-barang Indonesia adalah 19%, sementara impor China menghadapi tarif yang melebihi 30%. Ini memberi Indonesia keuntungan strategis yang ingin dimanfaatkan oleh bisnis China.

Selain itu, ekonomi Indonesia melampaui ekspektasi di Q2 2025, tumbuh sebesar 5,12% – laju tercepat dalam hampir dua tahun. Negara ini adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara, negara terpadat keempat di dunia, dan memiliki pasar domestik yang besar.

Investasi yang Meningkat dan Keuntungan yang Menarik

Data pemerintah menunjukkan bahwa investasi dari China dan Hong Kong di Indonesia meningkat 6,5% tahun ke tahun pada paruh pertama tahun 2025, mencapai $8,2 miliar. Total investasi langsung asing (FDI) selama periode yang sama meningkat menjadi $26,56 miliar.

Zhang Chao, produsen lampu depan sepeda motor, menyewa gedung empat lantai di Jakarta dengan biaya hampir $14 juta per tahun. “Di Indonesia, Anda bisa mencapai margin keuntungan 20–30%, sedangkan di China, margin bersih bisa turun serendah 3%,” katanya.

Tantangan yang Tidak Bisa Diabaikan

Meskipun ada ledakan investasi, Indonesia masih menghadapi hambatan – birokrasi yang rumit, infrastruktur yang buruk, dan kurangnya rantai pasokan industri yang lengkap.

Ada juga kekhawatiran tentang ketergantungan yang berlebihan pada modal China, terutama di industri nikel, di mana China mengendalikan hampir 75% dari peleburan di Indonesia.

Kegilaan Real Estat di Jawa Barat

Perusahaan-perusahaan China dari industri tekstil, EV, dan mainan berlomba untuk mengamankan fasilitas produksi di Jawa Barat. Permintaan di Q1 2025 mendorong harga gudang dan properti naik 15–25% tahun ke tahun. Basis konsumen yang berkembang juga meningkatkan pengeluaran rumah tangga menjadi lebih dari 50% dari PDB Indonesia.

Menyeimbangkan Geopolitik

Presiden Prabowo Subianto secara terbuka menyatakan minat untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan China, tetapi juga menjaga hubungan dekat dengan AS – kunjungannya ke Beijing segera diikuti oleh perjalanan ke Washington.

Menurut Bryan Burgess dari AidData, China telah menginvestasikan lebih banyak modal ke Indonesia selama dua dekade terakhir dibandingkan dengan AS dan Australia digabungkan.

#china , #Indonesia , #TrumpTariffs , #GlobalTrade , #TradeWar

Tetap satu langkah di depan – ikuti profil kami dan tetap terinformasi tentang segala hal penting di dunia cryptocurrency!

Pemberitahuan:

,,Informasi dan pandangan yang disajikan dalam artikel ini dimaksudkan semata-mata untuk tujuan pendidikan dan tidak boleh dianggap sebagai saran investasi dalam situasi apa pun. Konten halaman ini tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan, investasi, atau bentuk nasihat lainnya. Kami memperingatkan bahwa berinvestasi dalam cryptocurrency dapat berisiko dan dapat menyebabkan kerugian finansial.