Analis Memperingatkan Lebih Banyak Perusahaan Mungkin Menghadapi Kesulitan Saat Efek Pengetatan Moneter Mendalam

Pengajuan kebangkrutan AS melonjak menjadi 691 kasus pada tahun 2024, mencatat total tahunan tertinggi sejak 2010, menurut data dari DataArbor dan S&P Global.

Analis di Zaye Capital Markets mengaitkan peningkatan ini dengan efek kumulatif dari suku bunga tinggi dan kondisi kredit yang ketat, memperingatkan bahwa lebih banyak perusahaan AS mungkin menghadapi kesulitan keuangan dalam bulan-bulan mendatang.

Stres Keuangan Meningkat di Seluruh Industri

Dampak tertunda dari pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve terus merembet melalui ekonomi. Analis menekankan bahwa sektor yang bergantung pada pembiayaan utang — seperti real estat, barang konsumsi diskresioner, dan manufaktur industri — sangat rentan.

"Dampak dari kenaikan suku bunga yang agresif masih berlangsung, dan banyak perusahaan sekarang menghadapi tekanan pendanaan yang parah," kata Zaye Capital Markets.

Pasar kredit telah menyusut secara signifikan selama 18 bulan terakhir, mengurangi akses ke modal yang terjangkau bagi perusahaan menengah dan berleverase.

Perbandingan Historis

Terakhir kali kebangkrutan di AS mencapai tingkat serupa adalah selama periode pasca-krisis keuangan 2008, ketika gagal bayar perusahaan mencapai puncaknya di tengah dampak dari resesi global.

Kenaikan kebangkrutan saat ini menyoroti bagaimana biaya pinjaman yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah sedang menekan neraca perusahaan, meskipun pasar ekuitas yang lebih luas menunjukkan tanda-tanda ketahanan.

Proyeksi untuk 2025

Analis memperingatkan bahwa kecuali suku bunga turun drastis atau kondisi kredit melonggar, tingkat kebangkrutan mungkin terus meningkat hingga 2025, terutama di sektor-sektor yang terpapar risiko refinancing utang.

Tren ini juga dapat mempengaruhi sentimen pasar yang lebih luas, terutama di pasar kredit dan obligasi, saat investor menilai kembali risiko gagal bayar di antara penerbit dengan peringkat lebih rendah.