Strategi arbitrase trading adalah teknik untuk mencari keuntungan dari perbedaan harga aset yang sama di dua tempat atau lebih. Strategi ini sering dianggap minim risiko, tapi butuh kecepatan, modal, dan eksekusi yang presisi.
🔍 Apa itu Arbitrase Trading?
Arbitrase = beli aset di satu pasar dengan harga rendah, lalu jual di pasar lain dengan harga lebih tinggi secara bersamaan.
📈 Jenis-Jenis Strategi Arbitrase Trading
1. Spatial Arbitrage (Antar Exchange)
Beli aset di Exchange A (misalnya Binance) → jual di Exchange B (misalnya KuCoin).
Contoh: BTC di Binance = $29,900, di KuCoin = $30,050 → beli di Binance, jual di KuCoin.
🛠️ Butuh: akun di 2 exchange, transfer cepat (jaringan blockchain cepat), dan biaya transfer rendah.
2. Triangular Arbitrage
Manfaatkan perbedaan harga antara tiga pair mata uang di satu exchange.
Contoh: USDT → BTC → ETH → USDT.
🎯 Tujuan: Dapat USDT lebih banyak dari awal.
3. Funding Rate Arbitrage (Futures vs Spot)
Digunakan di market kripto.
Strategi:
Long Spot (beli aset)
Short Futures (jual kontrak futures aset yang sama)
Dapat untung dari funding rate positif (dibayar oleh long trader di futures).
💡 Biasanya dilakukan saat funding rate sangat tinggi.
4. Statistical Arbitrage (Quant Strategy)
Gunakan algoritma/statistik untuk deteksi anomali harga jangka pendek antar aset yang biasanya berkorelasi.
Cocok untuk algo trader dan membutuhkan pemrograman + model statistik.
5. Cross-border Arbitrage
Beli aset di pasar negara A, jual di negara B dengan harga lebih tinggi.
Sering terjadi di saham, komoditas, atau kripto saat ada regulasi berbeda antar negara.
⚠️ Risiko Arbitrase
Delay (Slippage): harga bisa berubah saat transfer belum selesai.
Biaya transfer/fee: bisa memakan profit.
Likuiditas: market sepi = sulit jual cepat.
Regulasi: beberapa negara membatasi perbedaan harga atau arbitrase lintas batas.
✅ Tools Pendukung Arbitrase
Arbitrage scanner:
CoinMarketCap Arbitrage Tool
Coinglass (untuk funding rate arbitrage)
ArbitrageScanner.io (berbayar)
#ArbitrageTradingStrategy