** Investasi Ethereum 4 Tahun Lalu pun, Ternyata Tak Hasilkan Cuan**
Ethereum (ETH) mencapai rekor tertinggi baru di US$4.946 pada Agustus lalu. Namun, dari masa ke masa crypto terbesar kedua tersebut selalu mentok di rentang US$3 ribu-US$4 ribu.
Nilai pasar Ethereum yang dinilai memiliki teknologi canggih ini juga bertahan di level US$414,2 miliar. Angka tersebut jauh di atas USDT Tether yang memiliki kapitalisasi pasar US$183,4 miliar.
Namun, token tersebut keok belakangan ini, dengan penurunan lebih dari 12,7% dalam sepekan, mengikuti penurunan pasar crypto secara keseluruhan dengan Bitcoin anjlok ke US$99.000.
Ethereum mengalami penurunan signifikan terhadap Bitcoin, merosot lebih dari 80% sejak puncaknya pada 2021, yang memicu pesimisme dan Fear, Uncertainty, and Doubt (FUD) di pasar.
Beberapa faktor membuat ETH tampak stagnan. Misalnya efek samping upgrade Dencun yang menurunkan biaya transaksi dan pembakaran ETH, kinerja lemah exchange-traded funds (ETF) spot Ethereum daripada Bitcoin, serta aksi jual besar oleh whale.
Selain itu, dominasi staking oleh segelintir alamat besar menimbulkan kekhawatiran soal sentralisasi. Upgrade mendatang seperti PECTRA dan EIP-7762 diperkirakan akan menekan pembakaran ETH lebih jauh, mengurangi daya tarik “ultrasonic money”.
Perubahan peran Ethereum dari pusat ekosistem decentralized finance (DeFi) menjadi lapisan penyelesaian transaksi juga menimbulkan ketidakpastian, terutama di tengah meningkatnya kompetisi dengan L2 seperti Base, Arbitrum, dan Optimism yang juga menarik.

